Home » » Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (1)

Pendeta Menghujat Muallaf Meralat (1)

Written By Unknown on Senin, 18 Februari 2013 | 22.21

Pengantar Editor - Gerakan Dakwah dan Missi
Dalam keberagaman agama dan kepentingan agama, kerukunan hidup antarumat beragama yang harmonis adalah syarat mutlak yang diperlukan untuk tercapainya masyarakat madani yang adil makmur sentosa, gemah ripah loh jinawi kerto tentrem raharjo
Tetapi, menciptakan iklim kerukunan hidup antarumat beragama tidak semudah menyusun teori toleransi dalam sebuah seminar atau di atas mimbar ceramah.
Dibandingkan agama-agama lainnya, Islam dan Kristen memiliki potensi paling kuat untuk melahirkan konflik antaragama. Konflik ini terjadi karena adanya gesekan Dakwah Islamiyah dan Missi Kristenisasi. Untuk mengatasi gesekan kedua agama tersebut, bukan Dakwah dan Missi yang harus dilarang dan dihilangkan. Sebab membela dan menyebarkan keyakinan agama adalah hak asasi manusia. Di sini, kedua agama dituntut untuk berbesar jiwa dan berlapang dada untuk sama-sama tidak mengganggu hak agama orang lain.



Nampaknya, pihak Kristen tidak bisa menyepakati statemen ini. Mereka lebih suka menempuh teori Machiavelli, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Teori Machiavelli sangat berbahaya. Karena untuk tujuan kesejahteraan ekonomi caranya boleh merampok, untuk kemakmuran boleh menipu, untuk hidup boleh membunuh, untuk membenarkan keyakinan boleh mencaci maki, mencela dan melecehkan keyakinan agama lain.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa cara inilah yang sering kali dipakai para missionaris untuk menyebarkan Injil dan kekristenan.
Di desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos meyebarkan Kristen dengan cara merusak moral terlebih dahulu. Di sana, para pemuda usia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan obat-obat terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan. para pemuda harapan bangsa itu dimasukkan ke panti rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil dicekoki Injil supaya murtad dari Islam. (Republika, 10 dan 12 April 1999).

Sementara di Jakarta, Drs. H. Amos, seorang murtadin, menulis buku berwajah Islam, "Upacara Ibadah Haji" yang isinya memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits, untuk mendangkalkan akidah dan penginjilan. Dipermainkannya ayat-ayat ilahi untuk melecehkan Islam demi untuk menjunjung tinggi kekristenan.

Membaca buku-buku tersebut, umat Islam pasti akan terpancing emosinya. Sebab dikatakan bahwa Tuhan yang disembah setiap hari adalah berhala batu hitam, Islam adalah agama Bangsa Arab, Nabi Muhammad pernah memperkosa Siti Aisyah dan lain-lain penghujatan yang pedas.

Apabila dibiarkan tanpa ada tindakan antisipasi, maka peredaran buku-buku tersebut bisa menganggu hubungan Islam dan Kristen, bahkan bisa memicu tindak kekerasan dari pihak Islam yang imannya diserang terlebih dahulu. Secara otomatis, Drs. H. Amos telah merusak kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia.

Buku yang ada di tangan pembaca ini disusun oleh H. Insan L.S. Mokoginta (muhtadin mantan Katolik), bukan untuk menghasut, memprovokasi atau mengagitasi umat Islam agar bangkit melakukan perlawanan fisik dalam melampiaskan reaksi atas kekurangajaran H. Amos. Sebaliknya, buku ini disajikan untuk meluruskan dan meralat semua hujatan Kristen, dalam rangka meredam amarah dan mengobati luka-luka umat Islam.

Semoga melalui buku ini pembaca dapat memperolah hidayah Allah. Amien.

Sambutan KH. Abdullah Wasia'an

Berbagai macam cara ditempuh oleh pihak Wa lan Tardho untuk mendangkalkan akidah umat Islam, agar beralih kepada agama Kristen yang mereka yakini sebagai satu-satunya jalan kebenaran hidup.

Murtadin Drs. A. Poernama Winangun alias H. Amos menyusun buku-buku gaya Islam dengan mengutip, menyelewengkan dan mengomentari terjemah Al-Qur'an dan Hadits tanpa mengutip ayat Bibel sama sekali. Tujuannya untuk memurtadkan umat Islam. Gerakan pemurtadan model ini sangat berbahaya, ibarat serigala berbulu domba.

Ketika membaca buku-buku karya H. Amos, kami teringat kepada satu dialog yang sangat menarik antara H. Cahyono - pelawak nasional mantan Katolik - dengan teman lamanya yang masih beragama Kristen.

Kata orang Kristen, "Cahyono, kamu kok nekad amat, berani pindah agama ke Islam. Bagaimana seandainya nanti pada Hari Penghakiman ternyata Kristen yang benar?"

Dengan bijaksana Cahyono menjawab, "Andaikata nanti Kristen yang benar, saya tidak akan rugi karena saya tidak akan disiksa oleh Tuhan. Sebab saya tidak pernah menyakiti, menghina dan melecehkan Yesus. Islam sangat menghormati Yesus sebagai nabi dan rasul Allah dengan ucapan alaihis salam (semoga selamat sejahtera terlimpah atas beliau). Tetapi, jika kelak terbukti bahwa Islam yang benar, maka orang Kristen akan disiksa di neraka. Sebab orang Kristen tidak menghormati Nabi Muhammad, bahkan menghujat beliau."


Semua ungkapan tokoh Kristen tentang Islam begitu menyakitkan. Maka sangat pantas apabila almarhum Khomeini, pemimpin Iran menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Salman Rushdie yang menghujat Nabi Muhammad dan Islam dalam bukunya 'The Satanic Verses'.

Berbeda dengan Khomeini, dalam menyikapi serangan missionaris yang mendiskreditkan Islam, H. Insan L.S. Mokoginta - muhtadin mantan Kristen – justru menyusun buku jawaban balik 'Pendeta Menghujat Muallaf Meralat'. Tindakan ini sangat tepat, benar dan Islami.

Setelah membandingkan buku hujatan Islam karya Drs. A. Poernama Winangun (H. Amos) dan buku jawaban H. Insan L.S. Mokoginta ini, maka kami menghimbau kepada H. Amos dan pendeta lainnya yang tergabung dalam Christian Centre Nehemia Jakarta, agar sebelum mengungkapkan Islam kepada orang lain, terlebih dahulu belajar serius secara mendalam. Sebab jika tidak, justru akan merugikan pihak Kristen sendiri.

Sebagai buktinya, dapat dikemukakan tentang apa yang telah dilakukan oleh H. Amos. Melalui pendidikan evangelis, buku-buku maupun ceramah-ceramah, dia mengajarkan kepada umat Kristen bahwa umat Islam menyembah Hajar Aswad.

Tanpa disadari, hal ini justru akan mempermalukan dan merugikan umat Kristen sendiri. Suatu ketika apabila kader Kristen terlibat dialog dengan kader Islam, maka anggapan bahwa Allah adalah Hajar Aswad tersebut akan dicibir, ditertawakan dan djanggap sebagai orang yang picik ilmu oleh pihak Islam. Sebab umat Islam mencium Hajar Aswad bukan untuk menyembah. Melainkan semata-mata sebagai rangkaian ibadah haji yang bersifat ritual.

Segala aturan ibadah dalam Islam berdasarkan dalil Al-Qur'an dan Hadits Nabi yang sifatnya tauqifiy (statis) dan tidak bisa diganggu gugat.

Dalam Kristen, aturan ritual ibadah dan iman juga tidak bisa diganggu gugat (dogmatis). Narnun perlu diketahui bahwa dogma iman dan ibadah dalam Kristen tidak berdasarkan pada ajaran Yesus dalam Injjl. Dogma Kristiani semata-mata berasal dari aturan para pemimpin agama yang bersumber kepada ajaran Paulus. Hal ini tersebut dalam surat Paulus kepada jemaat Roma 7:6, yaitu cara ibadah baru (cara rohani) bukan dengan rukun-rukun sebagaimana ajaran Taurat bahwa ibadah dengan wudhu, sujud, dan lain sebagainya.

Terhadap ungkapan emosional para pendeta dan missionaris bahwa Islam dan Nabi Muhammad adalah nabi khusus untuk Bangsa Arab, perlu ditunjukkan berikut ini komentar sarjana terkemuka Eropa tentang kemuliaan Islam.

Sir Charles Edward Archibald Watkin Hamilton [*] dalam buku "Mohammedanism" halaman 47 mengatakan: "Thus Islam, although a religion physically centred on Mecca, is not an Arabian religion" (Jadi, Islam adalah agama yang dilahirkan di kota Mekkah, namun bukan Agama Bangsa Arab).

George Bernard Shaw, budayawan dan kritikus kaliber internasional dari Inggris mengatakan: "Er musz viel mehr geradezu des Heiland der Menschklichkeit genant werden". Artinya: Seharusnya Muhammad disebut sebagai Juruselamat untuk seluruh manusia.

Memang, para tokoh Kristen memiliki satu kecenderungan untuk mengungkapkan Islam kepada orang lain, tanpa mempelajari Islam secara mendalam terlebih dahulu. Dan ini justru akan merugikan pihak Kristen sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh Pendeta dr. Suradi, Pendeta Matius, Penginjil Jansen Litik, dan lain-lainnya. Mereka mempermasalahkan kalimat "Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa" dalam Islam. Anggapan mereka, kalau demikian berarti Tuhannya umat Islam itu ujudnya zat (benda). Zat ada tiga macam, yaitu zat cair, gas dan padat. Mustahil kalau Tuhannya umat Islam itu zat cair mirip Aqua atau zat gas yang mirip elpiji. Satu-satunya yang mungkin, Tuhan umat Islam adalah zat padat. Sebab umat Islam menyembah Allah dalam shalat selalu menghadap Ka'bah di Mekkah.

Anggapan keliru ini mereka ajarkan di gereja-gereja tanpa menanyakan lebih dahulu kepada umat Islam. Sekali lagi, ini justru sangat merugikan dan menjatuhkan gengsi umat Kristen.

Suatu ketika apabila kader gereja berdialog dengan kader muslim, maka pihak Kristen akan dikatakan sebagai orang yang tolol dan kerdil nalarnya. Sebab tidak mengetahui apa beda antara zat dan sifat.

Zat adalah lawan daripada sifat. Misalnya, seekor gajah sirkus. Gajah itu memiliki sifat: halus, tidak beringas dan lucu. Adapun zatnya (ujudnya) adalah berbadan besar, memiliki belalai, matanya sipit, telinganya lebar, dan lain-lain.

Sedangkan dalam Islam diajarkan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa, ini berarti: Allah memiliki sifat Maha Kuasa. Bagaimana dengan Zat-Nya (Ujud-Nya) ? Al-Qur'an mengatakan "Laysa kamitslihi syay-un", artinya: tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah.

Sebaliknya, jika kader muslim tersebut mengerti Kristologi, maka dia akan menyerang balik dengan mengatakan bahwa Tuhan dalam ajaran Kristen itu bertingkah aneh-aneh dan tidak masuk akal. Dalam kitab Kejadian 32:28 Tuhan turun ke bumi menjelma menjadi manusia, lalu duel dengan NabiYakub sampai kalah. Tuhan kok, kalah? Dalam Injil Yohanes 1: 32 Tuhan menjelma menjadi seekor burung merpati. Datam Injil Yohanes 1: 14 Tuhan menjelma menjadi manusia Yesus yang akhirnya menurut Kristen, Tuhan Yesus disiksa sampai mati tragis di atas gantungan tiang salib.

Sampai disini, maka pemuda Kristen jemaat gereja terdiam seribu bahasa tak berkutik dalam dialog alias terpukul knock out. Apa ini tidak memalukan dan merugikan pihak Kristen?

Saya percaya, sewaktu membaca jawaban balik H. Insan L.S. Mokoginta ini, Drs. A. Poernama Winangun (H. Amos) dan para pendeta atau missionaris lainnya tidak bergeming pendiriannya dalam Kristen karena gengsi. Namun yang penting, para pembaca Kristen lain yang memakai nalar dapat mengetahui dan membandingkan kebenaran Islam dengan ajaran Kristen.

Terlebih penting lagi, buku ini dapat membentengi umat Islam dari usaha pendangkalan akidah, sehingga semakin teguh tak tergoyahkan imannya oleh berbagai tulisan, rayuan dan serangan iman dari umat Kristen. Bahkah semakin mantap dalam keyakinan bahwa Innaddiina ‘indallohil islam.

Tulisan H. Insan L.S. Mokoginta ini adalah amar ma'ruf nahi munkar yang jauh dari sifat sentimen terhadap Kristen. Bahkan sangat sesuai dengan kitab suci umat Kristen:

"Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat dan ia tidak berbalik dari kejahatan dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya. Tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu" (Yehezkiel 3:19).

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah-Nya kepada pembaca buku ini.

Sidoarjo, 9 Juni 1999

(K.H. Abdullah Wasi'an)

[*] Tokoh negarawan dan bangsawan Inggris terkemuka, masuk Islam pada tanggal 20 Desember 1923 dengan nama Islam Sir Abdullah Archibald Hamilton.

Sambutan Ketua FAKTA
(Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan)

Dalam hal pemurtadan dan permusuhan pihak Yahudi dan Kristen terhadap Islam, jauh sebelumnya Allah Swt. sudah memberikan sinyalemen dalam Kitab Suci:

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu, sehingga kamu mengikuti agama (millah) mereka" (Qs. Al Baqarah 120).

Kebenaran ayat ini terbukti dengan berbagai fenomena maraknya Kristenisasi di kalangan masyarakat, antara lain beredarnya tulisan-tulisan --baik berupa brosur maupun buku-buku-- yang memutar-balikkan pemahaman Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw.

Salah satu contoh konkritnya adalah buku berjudul "Upacara Ibadah Haji” karya Drs. H. Amos (Himar/keledai Amos ?) yang dengan begitu berani dan liciknya melecehkan Allah, Nabi Muhammad, agama Islam dan umat Islam.

Bagi orang yang memiliki wawasan Al-Qur'an dan pengetahuan tentang Bibel, buku tersebut tidak ada dampaknya sama sekali. Bahkan jelas sekali nampak kebodohan dan kebohongan Drs. Himar Amos, yang nama aslinya adalah Drs. A. Poernama Winangun, seorang murtadin.

Tetapi, bagi kaum awam, buku Upacara Ibadah Haji tersebut sangat berbahaya dan menuntut sebuah solusi yang bijaksana.
Sebagai salah satu solusinya, para tokoh masyarakat, majelis taklim, mubaligh, pemuda masjid, lembaga-lembaga dakwah dan aktivis Islam lainnya membentuk Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) di Cimanggis tanggal 25 April 1998 (28 Dzul Hijjah 1418 H).
Tujuan utamanya adalah untuk mengantisipasi bahaya Kristenisasi dan missi pemurtadan.

Dalam menyikapi buku Upacara Ibadah Haji, FAKTA merasa berkewajiban untuk menjawab, meluruskan dan mengungkap kebohongan dan kebodohan buku tersebut.

Untuk menjawabnya, tidak perlu seorang kiyai, ulama atau ustadz yang turun tangan. Dengan jawaban Bpk. H. Insan LS. Mokoginta yang muallaf mantan Kristen saja sudah tebih dari cukup.

Jawaban beliau itulah yang sekarang ini kami hidangkan ke hadapan pembaca. Pembaca sekalian, baik dari Islam maupun Kristen, bisa menilai dengan obyektif, siapa yang lebih rasional dan ilmiah, hujatan H. Amos (mantan muslim) ataukah ralat H. Insan (mantan Kristen).
Dengan buku ini, insya Allah semakin terbukti bahwa agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.
Semoga jerih payah dan usaha FAKTA ini mendapatkan berkah dari Allah Swt, Amien.


Jakarta, 8 Mei 1999

(Drs. H. Ramly Nawai, M.Sc.)

0 komentar:

Spoiler : Lihat komentar yang masuk :

Posting Komentar

 
Support : Okieweb | Papuahackers | Designed by Zero Point
Copyright © 2011. Zero Point - All Rights Reserved | Proudly powered by Blogger